UTAMI, Prih (2023) Konstruksi Hukum Aspek Derita Berupa Perampasan Kemerdekaan pada Pidana Bersyarat di Indonesia. Masters thesis, Universitas Jenderal Soedirman.

	PDF (Cover) COVER-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Download (519kB)
	PDF (Legalitas) LEGALITAS-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Restricted to Repository staff only Download (893kB)
	PDF (Abstrak) ABSTRAK-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Download (638kB)
	PDF (BabI) BAB I-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Restricted to Repository staff only until 1 March 2024. Download (616kB)
	PDF (BabII) BAB II-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Restricted to Repository staff only until 1 March 2024. Download (782kB)
	PDF (BabIII) BAB III-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Restricted to Repository staff only until 1 March 2024. Download (608kB)
	PDF (BabIV) BAB IV-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Restricted to Repository staff only Download (813kB)
	PDF (BabV) BAB V-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Download (504kB)
	PDF (DaftarPustaka) DAFTAR PUSTAKA-Prih Utami-E2A021035-Tesis-2023.pdf Download (647kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis letak aspek derita pada Pidana Bersyarat di Indonesia dan untuk mengetahui dan menganalisis konstruksi hukum untuk menambahkan aspek derita pada Pidana Bersyarat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, Tipe penelitian menggunakan penelitian hukum sosiologis, Pengumpulan data dengan wawancara (Interview), disajikan dalam bentuk teks naratif yang disusun secara sistematis, dan dianalisis secara kualitatif. Pidana bersyarat diatur dalam Pasal 14a – 14f KUHP, sering disebut dengan pidana percobaan, dalam hal ini adalah seorang yang dihukum penjara selama lamanya satu tahun atau kurungan, maka hakim dapat menentukan bahwa hukuman itu tidak perlu dijalankan, kecuali kemudian ditentukan lain oleh hakim. Pada praktiknya Pidana bersyarat ini seolah olah tidak nampak aspek deritanya sama sekali yang dirasakan oleh terpidana yang dirasakan sebagai hukuman karena terpidana tersebut boleh beraktivitas seperti biasa dan bebas kemana saja yang dikehendaki tanpa ada pembatasan. Menurut Teori Pemidanaan dari Lindsay Farmer Farmer menyatakan bahwa “Punishmentbrepresent a drive to make suffer, to cause pain which has been delegated to the institutions which make up the criminal justice system. (Hukuman itu mempresentasikan upaya untuk menciptakan penderitaan, juga untuk menciptakan kepedihan/kesakitan, dalam hal pemberian hukuman ini didelegasikan kepada lembaga yang kemudian berwenang untuk membuat suatu sistem peradilan pidana) sehingga dengan pola pelaksanaan pidana pada pidana bersyarat yang saat ini ada maka seorang terpidana pada pidana bersyarat tidak merasakan penderitaan, hal tersebut tentu bertentangan dengan ciri-ciri pidana. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan letak aspek derita pada pidana bersyarat tidak berupa derita fisik, mencermati dari pendapat narasumber dimana tidak ada derita/nestapa yang dirasakan oleh terpidana maka pidana bersyarat bisa dikatakan tidak memenuhi ciri-ciri pidana, dimana pidana pada hakikatnya adalah hukuman yang mempresentasikan upaya untuk menciptakan penderitaan, juga untuk menciptakan kepedihan/kesakitan, sehingga pidana haruslah merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan. Atas dasar itu kemudian penulis berusaha membuat konstruksi hukum untuk menambahkan derita pada pidana bersyarat kepada terpidana pidana bersyarat mengacu pada lembaga-lembaga pidana bersyarat yang ada di negara lain sebagai referensi.

Actions (login required)

View Item