FITRININGSIH, Hena (2018) Komposisi dan Kelimpahan Serangga Penyerbuk Sebagai Dampak “Edge Effects” Hutan Serta Implikasinya dalam Konservasi. Masters thesis, Universitas Jenderal Soedirman.

	PDF (Cover) 1 cover.pdf Download (531kB)
	PDF (Legalitas) 2 legalitas.pdf Restricted to Repository staff only Download (550kB)
	PDF (Abstrak) 3 abstrak.pdf Download (539kB)
	PDF (BabI) 4 bab1.pdf Restricted to Repository staff only until 14 January 2026. Download (638kB)
	PDF (BabII) 5 bab2.pdf Restricted to Repository staff only until 14 January 2026. Download (633kB)
	PDF (BabIII) 6 bab3.pdf Restricted to Repository staff only until 14 January 2026. Download (694kB)
	PDF (BabIV) 7 bab4.pdf Restricted to Repository staff only Download (669kB)
	PDF (BabV) 8 bab5.pdf Download (584kB)
	PDF (DaftarPustaka) 9 dapus.pdf Download (607kB)

Abstract

“Edge effects” atau efek tepi merupakan hasil interaksi antara dua ekosistem yang berbatasan atau tata guna lahan yang berbeda yang dipisahkan oleh batas yang jelas. Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan serangga penyerbuk yang ada pada tepi hutan dibandingkan dengan kondisi di dalam hutan. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampel dikelompokkan menjadi 4 transek (pada jarak 0-50 m, 50-100 m, 100-150 m dan 150-200 m dari tepi hutan ), dengan lokasi yang diduga terkena dampak edge effects. Perhitungan keragaman menggunakan Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner dan Indeks kemerataan jenis Eveness. Korelasi antara data lingkungan dengan komposisi dan kelimpahan serangga penyerbuk dianalisis dengan korelasi Spearman program software IBM SPSS Statistics version 19. Data kuantitatif komposisi dan kelimpahan serangga penyerbuk dianalisis secara ANOVA dan uji lanjut BNJ (Tukey HSD ). Hasil identifikasi serangga penyerbuk terdiri dari 12 spesies dari 9 famili dan 4 ordo. Hasil analisis komposisi dan kelimpahan serangga penyerbuk berdasarkan jarak dari tepi hutan menunjukkan bahwa : jumlah spesies terbanyak dan kelimpahan tertinggi terdapat pada jarak 0–50 m (11 spesies dan 147 individu) dan menurun sejalan dengan jauhnya jarak dari tepi hutan. Pada jarak 150–200 m ditemukan serangga penyerbuk paling sedikit yaitu 2 spesies dan 16 individu. Kelimpahan serangga penyerbuk tertinggi yang ditemukan adalah spesies Mycalesis sudra ordo Lepidoptera sebesar 20,2 %, sedangkan Hermetia sp dari ordo Diptera adalah spesies yang ditemukan paling sedikit jumlahnya yaitu sebesar 0,63 %. Apis cerana adalah serangga penyerbuk yang ditemukan di empat jarak pengamatan. Empat spesies yang hanya ditemukan pada jarak pengamatan 0 – 50 m yaitu Hermetia sp, Sturmia sp, Mimela javana dan Xylocopa Caeruloa. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jarak berkorelasi dengan komposisi serangga penyerbuk (p= 0,000 ; r= -0,947 ** ) dan berkorelasi dengan kelimpahan serangga penyerbuk. (p= 0,000 ; r= -0,915 ** ) , artinya semakin jauh jarak dari tepi hutan maka komposisi dan kelimpahan serangga penyerbuk makin berkurang. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor lingkungan abiotik yaitu suhu dan kelembaban udara tidak berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahan serangga penyerbuk, sedangkan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap komposisi serangga penyerbuk, dan berpengaruh sangat nyata terhadap kelimpahan serangga penyerbuk. Pada jarak 0-50 m dari tepi hutan intensitas cahaya paling tinggi, keragaman dan kelimpahan tumbuhan liar berbunga paling banyak, demikian juga komposisi dan kelimpahan serangga penyerbuk.

Actions (login required)

View Item